Newest Post
// On :Senin, 19 Maret 2018
EVOLUSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
EMPAT ERA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER
Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem
informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat
ini. Keempat era tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu
oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula
oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern.
Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael
Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi
informasi di era modern.
Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan
terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan
teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi
karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang
mempengaruhi behavior sumber daya manusianya.
Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan
dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai
alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama
di dunia pada awal tahun 1960-an.
1.
ERA
KOMPUTERISASI
Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer dan
mainframe diperkenalkan perusahaan seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan
menghitung yang sedemikian cepat menyebabkan banyak sekali perusahaan yang
memanfaatkannya untuk keperluan pengolahan data (data processing). pemakaian komputer dimasa ini
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi , karena terbukti untuk pekerjaan
-pekerjaan tertentu , mempergunakan komputer jauh lebih efisien . keperluan
organisasi yang paling banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk
administrasi back office terutama yang berhubungan dengan akuntansi / keuangan .
Pemakaian komputer di masa ini ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi, karena terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, mempergunakan
komputer jauh lebih efisien (dari segi waktu dan biaya) dibandingkan dengan
mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa.
Pada era tersebut, belum terlihat suasana kompetisi yang
sedemikian ketat. Jumlah perusahaan pun masih relatif sedikit. Kebanyakan dari
perusahaan perusahaan besar secara tidak langsung “memonopoli pasar-pasar
tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti.
Hampir semua perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang
infrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saat itu
membeli perangkat komputer untuk membantu kegiatan administrasinya sehari-hari.
Keperluan organisasi yang paling banyak menyita waktu komputer
pada saat itu adalah untuk administrasi back office, terutama yang berhubungan
dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain, kemampuan mainframe untuk
melakukan perhitungan rumit juga dimanfaatkan perusahaan untuk membantu
menyelesaikan problem-problem teknis operasional, seperti simulasi-simulasi
perhitungan pada industri pertambangan dan manufaktur.
2.
ERA TEKNOLOGI
INFORMASI
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah
membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di awal tahun 1970-an,
teknologi PC atau Personal Computer mulai diperkenalkan sebagai alternatif
pengganti mini computer. kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk
meningkatkan efisiensi , namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses
kerja yang lebih efektif. Di era kedua ini setiap individu di organisasi
dapat memanfaatkan kecanggihan komputer seperti untuk mengolah database ,
spreadsheet , maupun data processing ( end - user computing) . perusahaan yang
telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisiensi dan efektif dibandingkan
perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual.
pada era inilah komputer memasuki babak barunya , yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan , terutama yang bergerak dibidang pelayanan / jasa.
Di awal tahun 1980-an , salah satu teori yang paling banyak dipelajari & diterapkan adalah mengenai manejemen perubahan ( change management).
pada era inilah komputer memasuki babak barunya , yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan , terutama yang bergerak dibidang pelayanan / jasa.
Di awal tahun 1980-an , salah satu teori yang paling banyak dipelajari & diterapkan adalah mengenai manejemen perubahan ( change management).
Dengan seperangkat komputer yang dapat ditaruh di meja kerja
(desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi
yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan
kecepatan mini computer, bahkan mainframe).
Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih
efektif.
Tidak seperti halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya
menjadi “milik pribadi” Divisi EDP (Electronic Data Processing) pada suatu
perusahaan, di era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan
kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah database, spreadsheet, maupun data
processing (end-user computing).
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama
didukung dengan alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar
bebas. Secara tidak langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi
komputer sangat efisien dan efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian
prosesnya masih dikelola secara manual.
Pada era inilah komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai
suatu fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan,
terutama yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa.
Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai
diperkenalkan di awal tahun 1980-an. Salah satu teori yang paling banyak
dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan (change
management).
Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus
diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis
Tidak seperti pada kedua era sebelumnya yang lebih menekankan pada
unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih ditekankan adalah
sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut.
Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah
penciptaan dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam
perusahaan dianalogikan sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus
selalu mengalir dengan teratur, cepat, terus-menerus, ke tempat-tempat yang
membutuhkannya (strategis).
Ditekankan oleh beberapa ahli manajemen, bahwa perusahaan yang
menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di dalam lingkungan
makro “regulated free market”.
Di dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari perusahaan
tradisional ke perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat
kunci kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan
sebagai kunci utama pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara
hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau departemen.
Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah
menyebabkan customers harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di
pasaran, proses penciptaan produk atau pelayanan (pemberian jasa) kepada
pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan.
Keadaan ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah manajemen
seperti “market driven” atau “customer base company” yang pada intinya sama,
yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para pelanggannya.
Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer
dan teknologi informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses,
prosedur, struktur organisasi, SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen
terkait lainnya, dalam membentuk sistem informasi yang baik, merupakan salah
satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada
kualitas pelayanan. Pada dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau
jasa yang dibutuhkannya, akan mencari perusahaan yang menjual produk atau jasa
tersebut: cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan faster (lebih cepat).
Disinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam
memberikan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari
kinerja perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik di dalam perusahaan
(back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan pelanggan (front
office).
Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process)
yang efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan akan
memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun
1990-an terlihat banyak sekali perusahaan yang melakukan BPR (BusinessProcess
Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO-9000, implementasi TQM,
instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN), dan lain
sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi dalam
setiap program manajemen perubahan yang dilakukan perusahaan-perusahaan
3.
ERA
GLOBALISASI INFORMASI
Belum banyak buku yang secara eksplisit memasukkan era terakhir
ini ke dalam sejarah evolusi teknologi informasi. Fenomena yang terlihat adalah
bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an, perkembangan dibidang teknologi
informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian pesatnya, sehingga kalau
digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial.
Ketika sebuah seminar internasional mengenai internet
diselenggarakan di San Fransisco pada tahun 1996, para praktisi teknologi
informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan
internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah
menduga perkembangan internet akan menjadi seperti ini.
Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam adalah benih pohon
ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi
menjulang.
Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena
yang terjadi sejak awal tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi
informasi. Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara
dalam hal flow of information.
Tidak ada negara yang mampu untuk mencegah mengalirnya informasi
dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara negara tidak dikenal dalam
virtual world of computer.
Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet,
Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai
dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan
penciptaan dan aliran informasi. Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat
pada batasan fisik lagi.
Melalui virtual world of computer, seseorang dapat mencari
pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan
internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas
melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah
dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan
electronic money.
Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus mendefinisikan kembali
visi dan misi bisnisnya, terutama yang bergelut di bidang pemberian jasa.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat canggih teknologi informasi telah
merubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan
yang banting stir menggeluti bidang lain.
Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang berkembang, dilema
mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi banyak
perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di
pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi
informasi.
Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing
dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias harus gulung tikar.
Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah
kenyataan bahwa lingkungan bisnis yang ada pada saat ini sedemikian seringnya
berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak hanya sebagai dampak
kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external
lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi),
yang secara tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan
peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan
para praktisi teknologi informasi dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang di
tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi perubahan kebutuhan sehingga
harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun. Dengan
mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi
yang cocok untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap
perubahan.
Para praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan
menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek, seperti OOP (Object
Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management System),
Object Technology, Distributed Object, dan lain sebagainya.
4.
PERUBAHAN
POLA PIKIR SEBAGAI SYARAT
Dari keempat era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan
kemajuan teknologi informasi sejak dipergunakannya komputer dalam industri
hingga saat ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki abad informasi berarti
memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi informasi.
Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus
merubah mindset. Merubah mindset merupakan hal yang teramat sulit untuk
dilakukan, karena pada dasarnya “people do not like to change”.
Kalau pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia
sudah memiliki komitmen khusus untuk mengambil bagian dalam penciptaan
komponen-komponen sistem informasi, bagaimana dengan Indonesia?
Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi
negara produsen?
Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia
Indonesia adalah kemauan untuk berubah. Tanpa “willingness to change”, sangat
mustahillah bangsa Indonesia dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk
membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis saat ini.
Source :
thanks infonya . sangat bermanfaat . membuat lebih tau . saya tunggu postingan yg lainnyaya (:
BalasHapustrima kasih infonya gan, mau tanya dong, kenapa ada putih putihnya? makasih
BalasHapusmungkin dia lebih suka wrna putih
Hapus